FTTH, pendorong broadband




FTTH, Pendorong Broadband

Ditulis pada 28 February 13
 KATA broadband telah banyak dikenal, baik di kalangan masyarakat umum terlebih di komunitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal tersebut dikarenakan banyaknya iklan produk yang menawarkan layanan broadband, baik dari sisi operatorwireless (GSM, CDMA, WiMAX, LTE maupun WiFi) dan juga operator wireline (HFC, xDSL maupun FTTH). Selain itu, kepopulerannya juga banyak didukung dengan adanya kesiapan terminal atau device yang mendukung layanan mobile broadband seperti smartphone Samsung, iPad dan Blackberry.
Broadband merupakan istilah yang merepresentasikan kemampuan dari suatu jaringan untuk memberikan layanan triple play (voice, data dan video) sekaligus, dalam satu jaringan tertentu.  Di dalam acara seminar Broadband World Forum 2012 dan seminar Fiber To The Home (FTTH) Council 2012 disebutkan bahwa broadband merupakan kunci keunggulan sebuah bangsa saat ini dan mendatang. Oleh karenanya sangat ditentukan oleh sejauh mana penetrasi adopsi broadband terjadi. Sejauh ini, kesejahteraan sebuah bangsa selalu berbanding lurus dengan tingkat penetrasi broadband-nya. Beralasan tersebut walaupun dalam kondisi krisis, Barack Obama,  Presiden Amerika Serikat, tetap fokus untuk mengembangkan broadband di Amerika Serikat.
Dari beberapa sumber disebutkan bahwa ekonomi sebuah negara akan tumbuh berkembang sebesar 1,38%, jika tingkat penetrasi broadband naik 10%. Dan bila penetrasi internet 10% akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,12%. Sedangkan penetrasi seluler naik 10% akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,81%. Dengan demikian kekuatan dan kemampuan negara atau operator dalam menggelar layanan broadband akan menjadi indikator kunci untuk tumbuhnya ekonomi di suatu negara.
Pertumbuhan broadband dunia saat ini sangat pesat dimana pada tahun 2012 kemarin secara total jumlah pelanggan broadbandmencapai 430,2 juta. Pertumbuhan di atas 10% terjadi di 20 negara dengan dominasi negara-negara Asia termasuk India, Sri Langka, dan Singapura. Tahun 2012 tingkat penetrasi diperkirakan mencapai 20% dari total populasi.
Berdasarkan data yang diolah oleh Nighspade, permintaan smartphone untuk pasar global sebesar 450 juta pada tahun 2011 dan mencapai 690 juta pada 2012 lalu. Khusus di Indonesia, jumlah pelangggan Telco diperkirakan sudah mencapai 270 juta (110% penetrasi) sehingga tantangan operator telah mulai bergeser. Kalau yang lalu fokus pada penambahan jumlah pelanggan, namun sekarang ke arah penggunaan data yang semakin besar. Intinya pada tahun 2013 ini bagaimana memberikan layanan data yang sebaik mungkin kepada  pelanggan baik dari sisi kualitas, kapabilitas, kecepatan maupun harganya. Tidak heran jika semua operator berlomba memberikan layanan broadband, baik yang bersifat mobile maupun fixed.
Lebih jauh mengenai broadband, maka hal tersebut tidak akan lepas dengan teknologi FTTH atau Fiber To The Home. FTTH sudah diyakini sebagai teknologi yang cocok untuk masa kini dan masa depan (future proof). Saat ini, tidak kurang dari 600 Telco di dunia tengah memikirkan, merancang dan mengeksekusi hal yang sama: FTTH.
Mengapa FTTH?
FTTH merupakan infrastruktur akses yang menggunakan teknologi fiber optik, dimana saat ini merupakan satu-satunya infrastruktur terbaik yang mampu men-deliver layanan diatas 2 Gbps. Dengan demikian banyak operator telekomunikasi sekarang baik domestik dan internasional yang menggunakan teknologi tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa harus menggelar atau memilih FTTH. Alasan berikut dapat menjadi pertimbangan:
•    Layanan Broadband sebagai nilai competitiveness dari suatu perusahaan dan negara. Operator mau tidak mau harus menggelar broadband kalau tidak mau ketinggalan dari pesaingnya. Begitu juga dengan negara, tidak boleh memandang hanya fokus ke infrastruktur jalan raya namun juga harus memperhatikan infrastruktur telekomunikasi.
•    Penerapan jaringan FTTH dapat melalui: Fiber to the Curb (FTTC), Fiber to The Zone (FTTZ), Fiber to the Building (FTTB), Fiber to The Office (FTTO), Fiber to The Home (FTTH), Fiber to The Tower (FTTT) dan Fiber to the Area atau Akses Point (FTTA).
•    Layanan yang semakin berkembang  di tingkat over the top (OTT), baik dari google, Facebook, Amazon, Twitter, Youtube dan lainnya yang sangat membutuhkan dan bersifat hungry bandwidth.
•    Fitur semakin banyak yang ditanam di dalam smartphone atau mobile device.
•    Kebutuhan bandwidth yang besar untuk backhaul dari operator mobile broadband (Backhaul node B maupun WiFi).
•    Regulasi yang mendukung untuk disegerakannya layanan mobile broadband.
•    Penerapan cloud computing yang notabene membutuhkan storage dan kekuatan broadband access.
•    Harga Fiber Optic (Capex) yang semakin murah karena tercapainya skala ekonomi, perkembangan di pabrikasi fiber optic (baik dari cara memproduksi yang lebih murah maupun value chain yang semakin baik untuk terjadi murahnya jaringan fiber optic.
•    Menurunnya biaya Opex, dengan ditemukannya moda operasi yang bersifat efisien dan semakin praktis.
•    Perkembangan teknologi baik di jaringan Wireless maupun Wireline yang semuanya mengarah ke broadband sehingga infrastruktur copper sudah tidak mencukupi.
•    Berkembangnya aplikasi smart office, smart home, smart building yang bersifat hungry bandwidth.
Namun demikian, karena FTTH tergolong teknologi baru khususnya di Indonesia, maka terdapat beberapa tantangan yang harus dicermati oleh para operator. Tantangan dari implementasi FTTH dapat dirinci sebagai berikut:
•    Migrasi jaringan eksisting. Bagaimana memaksimalkan atau me-reuse dari infrastruktur broadband eksisting yang berbasis tembaga dan hybrid fiber coaxial (HFC).
•    Converged Platform, bagaimana mengintegrasikan dua platform teknologi (copper dan fiber optic) supaya tidak dirasakan oleh pelanggan bila terjadi gangguan.
•    Planning, bagaimana melakukan planning dan design FTTH secara massif diiringi dengan model dan tipe/segmen pasar yang variatif.
•    Standarisasi, baik mulai design sampai ke Operation and Maintenance baik melingkupi kegiatan, tools yang digunakan maupun kompetensi sumber daya manusia (SDM)-nya.
•    Dengan kemampuan meng-handle trafik yang besar pada FTTH, maka tantangan lebih lanjut adalah bagaimana menarik pasar agar trafik cepat tumbuh sesuai dengan bandwidth yang tersedia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FTTH adalah suatu keharusan baik dilihat dari sisi regulator (pemerintah dalam hal ini), operator dan pelanggan. Bravo FTTH. •

Penulis: GUNADI DWI HANTORO (Pengamat dan Praktisi Telekomunikasi, Manager Access Technology Deployment Plan PT Telkom Indonesia).
Artikel Terkait