5 KESALAHAN kronis perusahaan

*LIMA KESALAHAN KRONIS PERUSAHAAN YANG MEMBAWA PADA KEMUNDURAN & KEBANGKRUTAN*
( By Freddy Liong, MBA, CBA, ACMC - Specialist Strategic Business Plan & Leadership System ) 

Perusahaan jamu terkemuka, Nyonya Meneer, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang pada Kamis (3/8/2017) pekan lalu. Ketuk palu pailit cukup mengejutkan banyak orang, lantaran produk jamu perusahaan yang berbasis di Semarang tersebut dikenal luas masyarakat, dengan tagline-nya yang sangat terkenal: Berdiri Sejak 1919. 

Apa yang bisa dipelajari dari kejadian kejatuhan berbagai perusahaan besar dan perusahaan yang menjadi pioneer di industrinya, namun berakhir tragis? 
Berbagai kesalahan klasik yang umumnya terjadi pada perusahaan seperti ini adalah : 

1. *Tidak adanya business master plan yang terintegrasi* untuk jangka waktu 3 – 5 tahun kedepan. Kalaupun ada business plan : 
itupun hanya dipakai sebatas formalitas saja, tidak dipakai sebagai panduan atau kompas dalam operasional 
tidak mengintegrasikan perencanaan seluruh bagian dalam perusahaan. Seringkali planning yang ada hanya planning dibagian marketing dan produksi saja 
tidak tahu cara menyusun strategis business plan dan bagaimana cara memakainya didalam operasional 

2. *Perusahaan hanya focus pada "perdagangan" saja*. Pada umumnya sebuah perusahaan, sejarahnya akan dimulai dari business owner yang jago dagang. Seiring business nya bertumbuh, gaya kepemimpinannya masih seperti mindset dagang saja. Padahal perusahaan butuh kemampuan leadership dan managerial yang modern untu bisa menghadapi berbagai ancaman dan persaingan.  

3. *Perusahaan tidak mempunyai Leadership System* yang bisa berjalan secara otomatis.Jangan lupa, setiap leader diperusahaan Anda membawa gaya dan mindset leadership yang berbeda-beda, bila perusahaan gagal men standarisasi gaya kepemimpinan para Leader yang ada, maka yang terjadi adalah gaya leadership "nano-nano". Yang ujung-ujungnya akan banyak sekali terjadi mis-komunikasi dan konflik internal 

4. *Tidak membangun corporate culture yang produktif & kompetetif*.  Yang ada adalah budaya kerja peninggalan orde lama yang lambat, dengan kesalahan yang berulang-ulang tanpa ada perbaikan, dan berbagai kebiasaan kerja yang tidak produktif. Banyak Top Management tidak mementingkan untuk membenahi budaya kerja perusahaan dengan pemikiran omzet nya masih bagus ( mindset dagang saja ) 

5.  *Tidak ada budaya continuous improvement*. Yang ada setiap leader bekerja "business as usual". Budaya improvement tidak di sistemkan, tidak diwajibkan. INovasi & kreativitas sedang tertidur. Yang ada adalah budaya "tergantung kesadaran masing-masing". Semua leader sibuk melakukan rutinitas dan "memadamkan api yang sama". Energi yang terbuang sangat banyak, sia-sia dan bikin emosi

Yang lebih mencengangkan, ketika lima point diatas terjadi, para Top Management tidak bertindak apa-apa, sampai seringkali situasinya sudah gawat darurat dan TERLAMBAT diobati. 
Pelajaran penting untuk kita semua : EITHER WE GROW or DIE
Freddway International Coaching memiliki pengalaman panjang dan specialist membantu para top management memperbaiki lima kondisi diatas hingga terjadi transformasi .