Membaca besarnya kegagalan transformasi digital yang diungkap Forbes di tahun 2016, dan ternyata hingga sekarang, angka ini masih besar. Jujur, mungkin saja angkanya berkurang di 70%, bila diadakan kembali survei yang sama. Tapi terlepas dari itu, mengapa angka ini masih begitu tinggi? Banyak konsultan global mengatakan hal yang sama, diatas 50% terjadi kegagalan transformasi digital.
Secara sederhana, transformasi digital adalah adopsi dan penggunaan teknologi digital perusahaan atau instansi.
Mari kita telaah apa saja kemungkinan penyebabnya.
1. Kegagalan strategi transformasi.
Seringkali perusahaan, instansi tidak melihat secara baik apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Mereka tidak mendefinisikan strategi yang tepat. Dan strategi ini membutuhkan perencanaan (plan). Tidak bisa jadi hanya dalam waktu semalam, sebulan, bahkan setahun. Maka kita ada baiknya melihat kembali apa yang dikatakan Harvard Business Review, tentang 5 tahapan perusahaan.
Sekarang perusahaan/instansi kita ada di stage mana? Strategi dan rencana transformasi digitalnya akan menyesuaikan. Bila jumlah karyawan kurang dari 10, mungkin di kita adalah UMKM, maka strategi transformasi digitalnya lebih kepada penggunaan komputer untuk mendukung usaha menggunakan XLS, POS atau akunting. Demikian seterusnya. Semakin besar kapasitas perusahaan/instansi, maka akan semakin kompleks.
2. Kurang lincah (agile)
Selanjutnya adalah kelincahan, terutama kemampuan para pemimpin dan pemilik untuk berpikir dengan cepat dan mengikuti perkembangan jaman. Saya masih ingat, launching POS system bersama salah satu anggota kami, IREAPPOS tahun 2016. POS berbasis android dan bisa digunakan dengan mudah, tidak ada biaya. Sejak saat itu, POS system berkembang dengan saat pesat di Indonesia, beragam produk dan solusi POS baru bermunculan, tapi selalu dapat peluang dan market. Demikian juga dengan aplikasi akunting online JURNAL yang kami bantu promosikan sejak 2016, sekarang banyak sekali aplikasi akunting online sejenis itu dikembangkan dan digunakan di Indonesia. Seberapa cepat adopsinya? mungkin perlu 2 tahun menunggu market benar-benar percaya dan butuh gunakan sistem seperti itu. Lalu anda sebagai pemilik, leader, harus menunggu market sekian lama baru gunakan. Bisa saja anda sudah ketinggalan, dan keburu investasi di sistem sejenis yang mungkin harganya milyaran, padahal fungsinya sama.
Kelincahan, kejelian melihat peluang dari pemimpin, leader dan pemilik perusahaan /instansi sangat penting. Terutama membaca apa yang banyak digunakan dan yang akan banyak dicari orang.
3. Tidak ada sumber daya
Ini kendala paling umum. Bilang SDM nya tua dan tidak bisa diupgrade. Padahal selalu ada peluang. Berikan mereka tantangan, agar bisa gunakan berbagai platform yang bisa dimulai. Saya masih ingat, awal menggunakan CRM semua komplain, itu tahun 2005 lho. Waktu masih jaman itu belum banyak yang pakai, karena asumsi mahal. Saya sudah gunakan CRM opensource untuk mendukung usaha. Kemudian akunting di tahun 2008, komplain semua orang, rumit. Paksa lagi mereka belajar, tidak mau belajar, cari orang baru. Kalau tidak mau di upgrade, ditraining, lebih baik anda mutasikan. Selalu ada sumber daya manusia baru yang siap dibentuk.
4. Salah pilih teknologi
Ini yang mungkin paling banyak. Makanya ada yang memiliki brand tertentu, yang terkenal tapi tidak kelar-kelar (Ora Kelar Kelar), lalu ada yang memilih karena harganya paling murah, tapi ternyata dalam 2 tahun, teknologinya absolut, ketinggalan jaman.
Lalu bagaimana baiknya? Teknologi selalu berkembang cepat. Indonesia rata-rata ketinggalan 2-5 tahun untuk penerapan teknologi. Lihat tren di luar negeri, berapa adopsi teknologinya, berapa banyak penggunanya, berapa cepat teknologinya berkembang.
5. Penolakan dari dalam (internal)
Ini yang seperti saya ceritakan tadi. Mungkin saja mereka (orang internal) kompak tidak mau menerima. Lalu gimana? tidak ada cara lain, bedol desa. Yang tidak mau, dimutasikan. Yang menolak keras, terpaksa dipecat. Kadang transformasi digital memang perlu juga melakukan transformasi organisasi. Tapi tetap selalu ada jalan tengah diluar kerumitan penolakan. Mereka yang lambat bergerak sudah pasti akan terlindas dan mati. Mau membiarkan usaha anda tenggelam dan mati bersama, atau menyiapkan tim baru yang lebih cepat, tapi bisa menarik semua perahu anda lebih cepat.
Transformasi digital selalu menjadi hal menarik yang dibicarakan hingga saat ini. Itulah sebabnya, kami di EVENTCERDAS, didukung APTIKNAS dan BISKOM akan membahas tema TRANSFORMASI DIGITAL di bulan Agustus 2022. Sepanjang agustus kami akan mengangkat tema ini di berbagai sektor, tentu dengan berbagai solusi dan produk yang menarik. Silahkan ikuti berbagai kegiatan kami dan mendaftar di www.eventcerdas.com untuk mendapatkannya.
Tetap semangat IT Indonesia.
sumber: https://www.kompasiana.com/startmeup/62e7269b08a8b55fd361da62/mengapa-84-tranformasi-digital-disebut-gagal