Ekonomi Baru Di Era Digital

Transkripsi Sambutan Presiden Joko Widodo pada Economic Talkshow: "Ekonomi Baru Di Era Digital" dan Peresmian Pembukaan Indonesia Business & Development Expo, Plennary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu, 20 September 2017

Oleh: Humas ; Diposkan pada: 20 Sep 2017 ;
Bismillahirahmanirahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu, namo Buddhaya, Salam Kebajikan.
 
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja. Yang saya hormati Ketua OJK. Yang saya hormati Ketua Umum Himbara. Yang saya hormati Direktur Utama, Direksi BUMN, para CEO, para pengusaha muda, start up, UMKM,seluruh asosiasi ekonomi, Kadin, Hipmi, Perbanas, para mahasiswa ekonomi yang pada pagi hari ini hadir, juga para Youtubers, Bloggers, Vlogers yang pada pagi hari ini hadir. Bapak, ibu hadirin sekalian yang saya hormati.
 

Ini selalu saya ulang dimana-mana mengenai perubahan dunia, perubahan global yang begitu sangat cepatnya. Kenapa saya ulang-ulang? Supaya kita semuanya sadar bahwa perubahan itu dari detik ke detik, dari menit ke menit selalu ada. Ini yang selalu dimana-mana mungkin Bapak, Ibu, semuanya sudah mendengar 10 kali atau 15 kali saya berbicara mengenai ini. Tapi enggak apa-apa, saya ulang terus supaya kita, sekali lagi, sadar bahwa perubahan itu betul-betul sudah melanda dunia. 
 
Coba kita lihat Elon Musk. Ini saya ulang-ulang terus. Yang mengeluarkan Tesla, mobil fantastik masa depan. Beliau juga mengeluarkan Hyperloop yang memindahkan, alat yang memindahkan orang, barang dari satu tempat ke tempat lain dengan begitu sangat cepatnya. Dia juga menggagaskan Space X, bagaimana mengelola ruang angkasa untuk kepentingan manusia. 
 
Hal yang berkaitan dengan pembayaran, Elon Musk juga mengeluarkan Paypall, tapi disalip oleh Jack Ma dengan Alipay. Di lapangan kalah, menang Alipay. Inilah ke depan yang kita hadapi. Ada perubahan-perubahan gaya hidup, konsumsi, konsumen di ekonomi digital ini.
 
Yang pertama kita semuanya saya kira sudah amat pahami e-commerce. Ada pergeseran perniagaan. Ada pergeseran perdagangan dari dunia offline menuju dunia online. Kita sudah hadapi itu, sudah ada. 
 
Daripada orang jauh-jauh ke toko atau ke mall kena macet di jalan, ngantri di kasir. Cuman keluarkan ini, keluarkan  hape, keluarkan smartphone, buka aplikasi, tik tik tik tik tik. Tiknya bisa dua kali, bisa tiga kali, bisa lima kali, tik tik tik tik tik, pesan dalam aplikasi, bayar dalam aplikasi, masukin alamat dalam aplikasi, tinggal tunggu barangnya diantar sampai ke rumah.
 
Saya sering cerita sekarang saya pesan gado-gado enggak usah datang ke warung gado-gado. Saya minta Go-Food, 30 menit datang. Beli sate enggak usah datang ke warung sate. Minta Gofood, 30 menit paling lama satu jam, satenya datang. Pengin nasi Padang juga sama, saya kalau di istana itu sudah, pengin nasi Padang ya klik klik klik klik, 30 menit, nasi Padangnya nongol.
 
Itulah pergeseran perniagaan, pergeseran perdagangan dari offline ke dunia online. 
 
Yang kedua media sosial. Mengakibatkan pergeseran dari konsumen barang lebih ke konsumsi pengalaman, konsumsi experience, dan ini sudah kita alami bersama-sama.
 
Yang populer sekarang adalah orang posting di Facebook, posting ke Instagram, posting ke twitter. 
Saya kadang-kadang juga pengin, pasang foto yang aneh-aneh gitu. Tapi nanti ada yang bilang, Presiden narsis. Jadi saya batasi. Kadang-kadang staf kanan-kiri saya, jangan pak, jangan yang itu, jangan yang itu, jangan yang, aduh. Memang Presiden ada batasan-batasan, itu yang saya enggak senang.
 
Jadi kalau orang lain, ada foto-foto acara yang asyik bisa keluarin, saya enggak bisa. Foto-foto tempat jalan-jalan yang indah keluarin, ya masih bisalah ke Raja Ampat keluarin, masih bisa. Ke Labuan Bajo masih bisa. Tapi yang tadi yang foto acara-acara yang aneh-aneh itu enggak bisa dikeluarkan.
 
Lalu video-video singkat yang lucu masih bisa dikeluarkan. Kalo yang lucu-lucu saya masih beranilah mengeluarkan. Tapi, misalnya kayak foto saat saya mengundang artis dan penyanyi ke istana. Saat itu, saya enggak ngambil. Ada orang lain ngambil. Saya pas ngomong di sini, di sini ada Raisa, dia memandang saya.
Jangan dibalik ya ini jangan dibalik.
Itu pun menjadi hits, menjadi trending di dunia maya. Mungkin lebih tranding lagi kalau saya memandang dia. Itu jadi merepotkan itu.
 
Rasanya sekarang orang atau kita tidak lagi terlalu mengejar barang-barang bermerek. Tidak lagi terlalu ke barang-barang branded. Anak muda udah ngomong, wah kuno kayak gitu itu. Beli barang branded, beli barang yang  bermerek, sudah kuno. Tapi sekarang yang diincar orang adalah kenang-kenangan, memori, pengalaman-pengalaman itu yang dikeluarkan. Kemudian dipasang untuk selama-lamanya di Facebook, dipasang di Instagram, dikeluarkan di youtube.
 
Yang ketiga, sharing ekonomi. Sebuah revolusi pada sisi suplai atau sisi ketersediaan. Ini juga harus kita lihat, apakah ada pergeseran, apakah ada perubahan, iya. Sekali lagi, sharing ekonomi sebuah revolusi pada sisi suplai. Gojek, Grab, Uber, AirBnB, WeWork.
 
Dulu, dulu, orang harus beli mobil. Sekarang tinggal pesan di smartphone, datanglah mobil on demand, pakai Go Car silakan, pakai Grab Car silahkan, pakai Uber silakan.
 
Dulu orang harus beli rumah, ini negara lain sudah mulai banyak, orang harus beli rumah. Sekarang tinggal lihat-lihat, lihat-lihat di aplikasi. Bisa sewa kamar atau bahkan sewa rumah tapi hanya untuk satu hari, untuk dua hari, atau untuk satu minggu, atau untuk satu bulan. Pakai AirBnB, pakai Expedia.
 
 
Dulu orang harus punya kantor.  Karena orang yang dulu-dulu yang masih jadul-jadul senangnya fix aset. Tapi anak-anak sekarang  senangnya light aset. Enggak usah bikin kantor. Kalau orang dulu senangnya bikin kantor yang  gede, iya kan? Sekarang pakai aplikasi bisa sewa; satu meja, kantor kita itu, kalau kurang pesan dua meja, kurang lagi pesan tiga meja di sebuah co working space seperti WeWork. Di jakarta sudah banyak saya lihat, di Bandung sudah banyak dan di kota-kota besar yang lain sudah banyak, sudah mulai yang seperti itu.
 
 
Hati-hati, ini kita harus hati-hati akan ada perubahan bukan hanya pola konsumsi, tapi juga pola kerja. Ini akan berubah semuanya. Dan pada pola produksi akan ada perubahan. Dampak dari semua ini tentunya bukan hanya sisi konsumsi, tapi juga sisi produksi. Hati-hati. Pengusaha hati-hati, yang ingin memulai berusaha juga hati-hati. Ini ada peluang tetapi juga ada ancaman.
 
Banyak sekali orang yang bekerja dalam ekonomi digital. Kerjanya  sangat fleksibel, sangat dinamis. Orang-orang yang menjadi supir Gojek, supir Grab, supir Uber. Orang-orang yang menyewakan satu kamar di rumahnya ke turis melalui AirBnB atau Expedia, orang-orang seperti ini mereka seringkali kerjaan utamanya bukan jadi supir atau punya hotel, ndak. Jadi supir atau menyewakan kamar menjadi sampingan yang mengisi waktu. Atau menguangkan sarana yang nganggur, misalnya, kamar yang biasanya kosong sekarang bisa disewakan ke orang untuk satu hari atau dua hari. Semuanya nanti akan efisien, efisien, efisien, efisien seperti itu. Enggak ada kamar-kamar kosong atau rumah kosong. Udah sewain aja. Kamar kosong sewain aja, rumah kosong sewain aja. 
 
Ini tentunya akan berdampak pada struktur pengeluaran. Ini nantinya akan berdampak pada struktur pengeluaran atau spending, atau belanja. Perubahan-perubahan seperti ini yang kalau kita enggak cermat enggak teliti mengamati bisa  kecele kita, bisa terkaget-kaget kita. 
 
Dulu orang harus keluar duit Rp50 ribu-Rp75 ribu untuk beli DVD. Iyakan? Sekarang ratusan ribu video gratis di Youtube, di Facebook, di Instagram bisa kita lihat, bisa kita pakai. Dulu orang harus keluar duit untuk beli buku, beli koran, beli majalah. Sekarang, segala macam berita dan tulisan gratis ada di internet. Coba, bayangkan pergeseran itu, perubahan-perubahan itu. Ini yang harus ktia sadari, harus kita  pahami semuanya bahwa ada pergeseran ada transisi, sekali lagi, dari offline ke online. 
 
Ya, tetapi  orang juga masih beli buku, masih beli koran, masih beli majalah. Tapi itu pun mungkin semakin ke buku online, ke koran online, ke  majalah online.
 
 
Ini tentunya akan berdampak yang sangat dahsyat pada sisi produksi. Ini hati-hati. Produsen-produsen harus hati-hati mencermati, teliti melihat pola pergeseran ini menuju ke mana. Sekali lagi, akan punya dampak yang dahsyat pada sisi produksi. Sekarang sudah hampir tidak ada yang namanya toko DVD, semua video beralih ke steraming lewat internet. Toko buku pun juga semakin dikit. Toko kamera juga semakin sedikit karena kita ngambil foto pakai ini (HP) cukup. Pergeseran, sekali lagi, pergeseran-pergeseran seperti ini, orang-orang produksi harus tahu. 
 
 
Tapi muncul pertumbuhan yang tinggi di segmen-segmen yang lain pada sisi produksi, lah ini peluang. Anak-anak muda, terutama ini ada peluang, muncul pertumbuhan yang tinggi di segmen-segmen lain pada sisi produksi. Cafe dan restoran semakin semarak, tempat para anak-anak muda millenial nongkrong, tempat orang foto bersama rame-rame, tempat fitness juga semakin semarak karena sekarang anak muda kita, orang-orang juga senang mempunyai badan yang keren, gitu enggak kurus kayak saya.
 
Travel dan pariwisata mengalami pertumbuhan yang dahsyat dan akan semakin cepat. Sektor pariwisata tumbuh 10-15%  per tahun di saat ekonomi kita tumbuh 5% per tahun. Orang mencari pengalaman yang seru, orang mencari tempat-tempat wisata yang khas dan asik biar bisa pasang foto-foto dan video-video dari tempat yang kita datangi.
 
 
Terus strategi pemerintah seperti apa? Pertama, ini karena semua menteri hadir di sini, keleluasaan untuk eksperimentasi harus diberikan kepada seluruh masyarakat. Sekali lagi, keleluasaan untu masyarakat bereksperimentasi karena inovasi itu memerlukan eksperimen. Hal-hal yang baru ini harus dicoba dan ini memerlukan cost, memerlukan biaya.
 
Berarti apa? Berarti startup jangan dicekik dengan regulasi-regulasi yang berlebihan. Jangan malah terlalu diatur-atur, inovasinya malah enggak muncul. Ini kita ini, negara kita ini terlalu banyak aturan, terlalu banyak regulasi, menyebabkan kita terjerat aturan sendiri. Itu yang sekarang kita potong-potong terus, tapi jumlahnya masih banyak sekali. Masih 42 ribu peraturan, bayangkan. Saya saja melihatnya pusing saya suda. Dikit-dikit diatur, dikit-dikit diatur. Saya mau melakukan apa, Pak ini tidak boleh Pak ini ada peraturan. Pak itu melanggar peraturan ini. Isinya hanya peraturan-peraturan-peraturan-peraturan-peraturan. Inilah yang menghambat inovasi-inovasi.
Ini menjadi  tugas saya untuk terus menggempur peraturan-peraturan itu agar semakin sedikit sehingga kita lincah, sehingga kita fleksibel dalam melakukan inovasi. Peraturan peraturan peraturan peraturan, saya saja pusing, apalagi masyarakat. 
 
Sekali lagi, berarti apa? Berikan ruang yang sebesar-besarnya untuk statup ini berkembang. Ini juga salah satu alasan kenapa pentingnya deregulasi. Mengurangi tumpang tindihnya aturan dan persyaratan yang menghambat cara-cara baru, menghambat munculnya pola-pola baru, menghambat munculnya inovasi-inovasi baru.
 
Dulu izin itu sedikit, kemudian ada syarat syarat syarat syarat. Nah syarat-syarat-syarat ini dinaikkan lagi menjadi izin, menjadi peraturan sehingga izin itu semakin banyak. Ini yang menjadi tugas kita, tugas saya untuk terus memotong-motong agar izin-izin itu semakin sedikit sehingga dunia usaha semakin lincah, semakin fleksibel untuk mengeluarkan inovasi-inovasi baru.
  
Kedua, tadi sudah disampaikan oleh Menkominfo, bahwa yang namanya infrastruktur ICT ini harus dikejar karena ini jadi kunci, menjadi salah satu kunci. Kenapa Palapa Ring selalu saya tanyakan hampir setiap hari ke Menteri, kapan jadinya, kapan selesainya untuk Indonesia Tengah, untuk Indonesia  Timur kapan selesainya, selalu saya tanyakan karena ini menjadi kunci.
 
Kemudian juga yang ketiga, kita akan fokus pada cyber security. Dalam beberapa bulan terakhir semakin banyak serangan cyber yang amat dahsyat. Ini juga harus  strategi perencanaan, persiapannya juga harus kita lakukan. Serangan virus atau lebih persisnya ransomeware, wannacry, serangan hakers yang dahsyat pada Instagram, di mana data pribadi jutaan pelanggan Instagram dicuri dan dilelang di internet gelap. Ini juga harus menjadi perencanaan dan pemikiran kita.  Serangan heacker pada biro informasi kredit equifax, hal seperti ini juga harus kita perhatikan.
 
Dan beberapa bulan lalu pemerintah sudah membentuk badan cyber dan sandi negara dan sekarang dalam proses membangun kelembagaannya. Ini jug apenting sekali. Namun, say ajug amau titip kepada Ibu dan Bapak semuanya, utamanya CEO para start up digital, tolong siapkan betul sarana cyber security anda semuanya. Jangan sampai kejadian aplikasi digital yang sudah berhasil mengumpulkan jutaan pelanggan, dibobol dan data pelanggannya dibocorkan atau dijual ke orang-orang yang tidak bertanggung jawab, orang-orang jahat.
 
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirahmanirahim saya nyatakan resmi dibuka Indo Business dan Development Expo tahun 2017.
 
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Fanky Christian
mobile: 08121057533
fankychristian.blogspot.com